Rabu, 09 April 2014

Minta Petunjuk Kepada Dukun

Bab I
Pendahuluan[1]
A.    Latar Belakang
Di alam yang sudah moderen ini masih banyak orang yang menggantungkan nasibnnya kepada dukun. Motivasi datang ke dukun  bermacam-macam, ada yang ingin sehat, sembuh dari sakit, ingin pandai, ingin sukses dalam ujian sekolah, ingin cepat dapat jodoh, ingin dapat pekerjaan, ingin lepas dari jeratan hutang, ingin cepat naik pangkat, ingin jabatan yang lebih tinggi, dan akhir-akhir ini kita dengar banyak caleg datang ke dukun agar terpilih dalam pileg. Manusia memang harus berusaha dalam hidupnya untuk lepas dari kesulitan dan sukses harapan dan cita-citannya.
Kemudian jika usaha itu harus ke dukun untuk minta petunjuk agar sukses dalam hidupnya, apa ada yang salah menurut Islam ? bukankah usaha itu dianjurkan bahkan perintah dari Allah Swt ?
B.     Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang tertulis itu, maka penting dirumuskan beberapa permasalahan :
1.      Apakah pengertian dukun itu ?
2.      Bagaimana hukum peraya kepada “dukun” ?
3.      Mengapa seseorang percaya kepada “Dukun”  

Bab II
Pembahasan
1.        Pengertian Dukun
Dukun dalam bahasa Arab disebut Kahin. Pengertian Kahin (dukun) adalah: orang yang memberitakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati.[2] Dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi seperti mantra, guna-guna, dan lain sebagainya.[3] Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah seseorang yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui “Japa Mantra”, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien.[4] Dukun itu secara tradisional terasosiasi dengan penyembuhan.[5] Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat  dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural, namun sebagian dari mereka menyalahgunakan ilmu supranatural tersebut untuk menciptakan “penyakit baru”, kepada masyarakat.[6]
Menurut beberapa ulama dukun ( peramal ) adalah :
a.         Menurut Imam Khathabi, dukun adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia.
b.        Sedangkan menurut Ibnu Seeda mendefinisikan kata kaahin (dukun) dengan arti orang yang memastikan hal-hal gaib.
c.         Menurut Ibnu Hajar, kata kuhana akar kata kahin, berarti orang yang mengakui sanggup mengetahui hal-hal gaib.
d.        Imam Ibnu al-Qayyim ra, bertutur, “Para dukun itu adalah utusan syetan dimana orang-orang musyrik berdatangan kepadanya untuk menanyakan perkara-perkara besar dan penting. Dan mereka mempercayai kata-katanya. Menjadikannya hakim pemutus suatu perkara. Kepercayaannya ini penuh dan teguh sebagaimana kepercayaan para pengikut Rasul kepada Rasul-Nya, dan itu adalah perbuatan kafir dan syirik.
e.         Menurut Ibnu Taimiyah, kaahin adalah pendusta atau orang yang dilayani oleh setan.
f.         Menurut imam al-Baghawi, al-Arraf (peramal) adalah orang yang mengaku dapat mengetahui berbagai hal gaib dengan terlebih dahulu mengetahui informasi tentang sesuatu yang dicuri atau hilang.[7]

2.        Hukum Percaya Kepada Dukun
Allah Swt, mengingatkan dan memerintahkan kepada hambanya agar beribadah dan memohon pertolongan dalam segala hal hanya kepadaNya. Allah Swt, berfirman di dalam al-Qur’an :
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”[8]
Artinya : “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”[9]
Kalimat Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Sedangkan Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Untuk itu hukum percaya kepada “dukun” adalah haram dan syirik, sebab ia meminta bantuan kepada selain Allah. Hal ini merusak ketauhidan, Nabi Muhammad dalam beberapa sabdanya telah melarang untuk berhubungan dan percaya kepada dukun dan menjelaskan akibatnya,antara lain :
a.      “Barang siapa mendatangi dukun, lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, lalu percaya dengan apa yang dikatakannya, maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh hari (HR.Muslim).
b.      “Barang siapa mendatangi seseorang dukun dan percaya kepada apa yang dikatakannya, maka benar-benar ia telah kafir terhadap apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad”(HR.Abu Dawud).
c.       “Dari Aisyah r.a berkata : Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang dukun, jawab Rasulullah SAW : mereka bukan apa-apa. Orang-orang tersebut balik bertanya : Ada kalanya dukun-dukun itu menceritakan dan terjadi kebenaran. Rasulullah Bersabda : itu kalimat yang Hak dicuri oleh jin, lalu disampaikan kepada dukun dan ditambah dengan seratus kalimat dusta.”
d.      Diriwayatkan pula oleh Imam Bukhori :
Bahwa Rasullulah SAW bersabda : “Malaikat turun diawan dan menceritakan hal-hal yang telah diputuskan dilangit dan didengar oleh jin,lalu disampaikan kepada dukun ditambah dengan seratus kebohongan.(HR.Bukhori).”[10]

3.        Sebab Percaya Kepada Dukun
Pergi ke dukun bagi masyarakat Indonesia adalah seperti adat atau budaya turun-temurun, khususnya untuk daerah pedesaan. Kebiasaan ini sering terbawa ketika orang tersebut datang atau tinggal di kota, atau daerah pedesaan tersebut telah beruba menjadi perkotaan . Namun bukan berarti orang kota tidak pergi ke dukun atau paranormal.
Karena keterbatasan ilmu agama dan iman orang sering mendatangi dukun untuk meminta pertolongan atau sekedar doa.
Mengganggap dukun sebagai orang yang berilmu, orang yang pandai, orang pintar, orang yang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau seseorang.
Dukun atau paranormal dianggap bisa menyembuhkan suatu penyakit sehingga banyak yang disebut dengan tukang suwuk, atau dukun sembur.
Dukun dianggap bisa membantu masalah seseorang, misalnya masalah doa. Misalnya dukun dianggap doa lebih terkabul dengan ilmu yang dimilikinya, misalnya doa supaya cepat mendapatkan jodoh, cepat mendapatkan momongan, cepat kaya, cepat mendapatkan pangkat dan jabatan dan lain sebagainya.
Dan dukun dipercaya bisa memberi solusi tentang masalah apapun, misalnya masalah pribadi, misalnya untuk melampiaskan sakit hati dan hanya dukunlah yang dipercaya   bisa membantu rasa sakit hati tersebut dengan ilmu santetnya atau dengan ilmu pelet yang dia miliki.
Orang sering mencari panutan dukun  dirasa bisa membawa keajaiban dan perlindungan.
Orang yang sering mendatangi orang yang dianggap lebih (dukun) adalah orang yang tidak mempunyai rasa percaya diri. 
Orang yang putus asa disamping jauh dari rahmat Allah juga akan mencari jalan pintas atau kejaiban untuk solusi dari masalah yang ia hadapi, dan itu ia lihat pada orang-orang yang dianggap mempunyai kelebihan atau kesaktian.[11]
Bab III
Penutup
A.      Kesimpulan
Kesimpulan dari bahasan tersebut di atas, antara lain :
1.   Usaha, ikhtiar dan upaya tidak dilarang asal sejalan dengan sesuai dengan piranti al Qur’an dan al Sunah.
2.    Dukun yang berseberangan dengan iman yang benar, adalah dukun dalam arti utusan syetan dimana orang-orang musyrik berdatangan kepadanya untuk menanyakan perkara-perkara besar dan penting. Dan mereka mempercayai kata-katanya. Menjadikannya hakim pemutus suatu perkara. Kepercayaannya ini penuh dan teguh sebagaimana kepercayaan para pengikut Rasul kepada Rasul-Nya, dan itu adalah perbuatan kafir dan syirik.
3.      Mempercayai “dukun” kafir dan syiruk.
4.      Sebab orang percaya pada “dukun” :
a.        Adat budaya
b.      “Jahil / bodoh”
c.       Iman doif
d.      Tidak percaya diri
e.       Mudah putus asa
f.       Dsb.
B.     Saran
Makalah ini jauh dari sempurna dan untuk jadi makalah bersama silakan diberi kritik dan input.
-------------------------------@@@@@@@@----------------------------------------------------------------
[1] Mustaien, Minta Petunjuk Kepada Dukun,Masail Al Fiqh, Guru SMPN 31 Surabaya.
[2] http://www.maqdis.s5.com/th3.htm/2014/04/09/13.32”
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Dukun/2014/04/09/13.44”
[4] http://suketjogja.wordpress.com/2014/04/09/15.05”
[5] http://azrl.wordpress.com/2010/01/10/ke-dukun-untuk-menjadi-kaya/2014/04/09/16.20”
[6] http://kawanlama95.wordpress.com/2010/07/26/pengobatan-dengan-bantuan-dukun/2014/04/09/17.43”
[7] http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-dukun-menurut-bahasa-istilah-dan-menurut-ulama.html/2014/04/09/18.10”
[8] “Al-Qur’an”, 51 (Al-Dzariyat): 56.
[9] “Al-Qur’an”, 1 (Al-Fathihah): 5.
[10] http://yayasanasmaulhaq.wordpress.com/2009/06/28/dukun-dan-hukum-mempercayainya/2014/04/09/19.56”
[11] http://angetanget.com/index.php/manusia/17-mengapa-kita-lebih-suka-ke-dukun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar