Rabu, 09 April 2014

"FILSAFAT ILMU"

FILSAFAT ILMU[1]
1.             Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat secara bahasa (etimologi) berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan gabungan dua kata, yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan sophia atau sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, atau kejernihan. Secara etimologi, berfilsafat atau filsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran.
Kemudian “Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani Φιλοσοφία (philosophia). Arti harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".[2]
Berdasarkan hasil kajian, sejak zaman Yunani Kuno hingga sekarang, tidak sedikit pakar filsafat telah mendefinisikan atau memeberi semacam batasan filsafat. Plato menyatakan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang murni (asli). Kemudian murid Plato, Aristetoles mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lalu Descartes mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu pengetahuan termasuk didalamnya Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Adapun ahli filsafat muslim misalnya Al-Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Sementara menurut Hasbullah Bakri merumuskan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam, semesta alam, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hekekat ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu. Kemudian Immanuel Kant menyatakan, bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui ( etika), sampai dimana harapan kita (agama), dan apa yang dinamakan dengan manusia (antropologi),[3]
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Jadi Filsafat itu sebuah proses berpikir. Filsafat selalu memiliki banyak arti. Dari sekian banyak pendapat esensinya bermuara pada sebuah pemikiran. Kemudian inti dari filsafat adalah pemikiran terhadap sesuatu yang menggunakan nalar. Disamping itu Filsafat juga dapat disebut pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar tentanng kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai  suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungannya.[4]

2.             Cinta Kebijaksanaan
Kita tidak jarang mendengar istilah cinta kebijaksanaan namun apabila kita ditanya apa dan bagaimana pengertan cinta kebijaksanaan  ? maka jarang diantara kita yang bisa memberikan jawaban yang benara atau mendekati kebenaran. Untuk itu penting dikaji dan ditelaah agar memiliki tambahan wawasan.
Ada yang berpendapat bahwa cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Dan dalam konteks filosofis cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.[5] Sedangkan Kebijaksanaan merupakan sifat dan kemampuan untuk menggunakann pengetahuan, pemahaman, pengalaman, akal sehat dan wawasan yang dalam. Disamping itu kebijaksanaan adalah merupakan akumulasi dari ilmu, pengetahuan dan pencerahan.  Orang yang bijaksana mempunyai kualitas dalam berpengetahuan serta mempunyai kapasitas untuk menggunakannya. Dia mengetahui  masalah yang baik serta  dapat mengolahnya menjadi hasil yang baik. Dia mempunyai ketajaman akal, adil, cerdas dan mahir tentang ilmu pengetahuan tertentu.[6] Atau Kepandaian menggunakan akal budinya ( pengalaman dan penggetahuannya ), Kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.[7]
Pendapat lain mennyebutkan bahwa kebijaksanaan bisa berarti pemahaman yang mendalam mengenai orang, benda, peristiwa atau situasi, memberdayakan kemampuan untuk memilih atau bertindak untuk secara konsisten menumbuhkan hasil yang optimal dengan minimal waktu dan energi. Dan atau kemampuan untuk secara optimal ( efektif dan efisien ) menerapkan persepsi dan pengetahuan sehingga menghasilkan hasil yang diinginkan. Standar definisi filosofis mengatakan bahwa kebijaksanaan berisi penggunaan terbaik dari tersedianya ilmu pengetahuan. Seperti halnya keputusan, keputusan yang bijaksana dapat dilakukan dengan informasi yang tidak lengkap.[8]
Jadi cinta kebijaksanaan berarti sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang  termasuk cinta akan kebijaksanaan “ilmu” atau cinta akan  penggunaan terbaik dari tersedianya ilmu / ilmu pengetahuan.
3.             Objek Filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan dalam filsafat ialah segala yang pasti ada dan yang mungkin ada, jadi luas sekali. Kemudian apa saja Objek yang akan diselidiki oleh filsafat ini ? Obyek filsafat ada dua :
a.       Obyek materi, yaitu segala yang pasti ada dan mungkin ada tadi.
b.      Objek forma, yaitu sifat penyelidikan atau penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya dan kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.[9]

4.        Pengetahuan dan Ilmu
Ada sebuah pertanyaan yang sangat sederhana dan pertanyaan itu adalah : Apakah sama pengertian “Pengetahuan dan Ilmu” ? Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan benar berdasarkan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalama kamus besar bahasa Indonesia dicantumkan, bahwa “Pengetahuan adalah segala sesuatu yg diketahui; kepandaian; segala sesuatu yg diketahui berkenaan dng hal (mata pelajaran).”[10]
Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah: 1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu. 2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. 3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.[11]
Selanjutnya dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Disamping itu Pengetahuan bisa berarti informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.[12]
Sedangkan Ilmu dapat didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata lanngkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyrakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan. Secara filosofis ilmu adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan tentang pola-pola yang teratur ataupun tidak teeratur di antara fenomena yang dipelajari secara hati-hati.[13]
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan itu tidak sama dengan ilmu. Sebab pengetahuan itu dapat diperoleh atau berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari informasi orang lain sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang memilki obyek,  metode, dan sistematika tertentu serta bersifat universal.[14]
5.              Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Cabang-cabang Ilmu filsafat banyak sekali di antaranya yang ada dalam pembahasan makalah ini adalah, aksiologi,ontologi dan epistemologi , Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah  nilai kegunaan  ilmu, Didalam ontologi banyak sekali yang berpendapat tentang definisi ontologi intu sendiri.  Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.[15]

Jadi ontologi adalah cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang hakikat ilmu pengetahuan; ilmu yang membicarakan tentang the being; hakikat realitas; ilmu yang membahassa seluk beluk ilmu.[16] Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kata episteme, yang berarti pengetahuan; dan logos, theory. Jadi epistemologi adalalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang teori ilmu penggetahuan. Cabang ini berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan bagaimana ada itu berada.[17] Dan aksiologi, menurut bahasa Yunani berasal dari perkataan axios yang berarti nilai dan logos berarti teori (ilmu). Jadi akeiologi dipahami sebagai teori nilai.
Sesungguhnya perkembangan zaman berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis mengiringi perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, filsafat sebagai suatu kajian ilmu juga berkembang dan melahirkan tiga dimensi utama sekaligus sebagai obyek kajiannya. Ketiga dimensi utama filsafat ilmu ini adalah ontologi (apa yang menjadi obyek suatu imu), epistemologi (cara mendapatkan ilmu), dan aksiologi (untuk apa ilmu tersebut). Ontologi merupakan hakikat yang ada ( being, sein ) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Epistemologi adalah sarana, sumber, tatacara untuk menggunakannya dengan langkah-langkah progresinya menuju pengetahuan (ilmiah). Adapun aksiologi adalah nilai-nilai ( value ) sebagai tolok ukur kebenaran(ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian,serta penerapan ilmu. nilai merujuk pada pemikiran atau sistem seperti politik, sosial dan agama.[18]
6.        Rasionalisme
Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris yaitu rationalism. Kataini berakar dari kata Latin yaitu ratio yang berarti “Akal”, yaitu sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Sementara itu, secara terminologis, aliranini dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
Rasionalisme adalah aliran filsafat yang sangat mementingkan akal (rasio). Dalam akal (rasio) terdapat ide-ide dan dengan ide tersebut seorang dapat membangun ilmu  pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar akal (rasio).
Aliran rasionalisme pertama kali diperkenalkan oleh Rene Descartes atau Cartesius(1596-1650 M), yang juga sering disebut sebagai “Bapak Filsafat Modern”.
Dan muncul atasdasar ketidakpuasannya terhadap segala pemikiran tradisional (skolastik) yang pernah diterimanya dan sebagai bentuk penolakan terhadap fondasi para pendahulunya.
Perlu kiranya mengetahui definisi filsafat menurut tokoh ini, karena denganmengetahuinya, kita akan sedikit punya gambaran untuk masuk pada pemikiran nya tentangrasionalisme. Menurutnya “Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan”.
Rasionalisme merupakan satu doktrin filsafat yang mempunyai peran signifikan guna memberikan gambaran yang luas mengenai berbagai perumusan, konsepsi dan penjelasan- penjelasan baik dari segi metodologi, pemikiran dan lain sebagainya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Rasionalisme selalu menganggap bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan maka rasionalisme mengajarkan tahuan diperoleh dengan cara berpikir.[19]
7.        Empirisme

Thomas Hobbes dari Malmesbury (lahir di Malmesbury, Wiltshire, Inggris, 5 April 1588 – meninggal di Derbyshire, Inggris, 4 Desember 1679 pada umur 91 tahun) adalah seorang filsuf Inggris yang beraliran empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pandang empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan manusia dengan sistem negara. Inti pemikiran Hobbes berakar pada empirisme (berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti 'berpengalaman dalam, berkenalan dengan').[20] Empirisme menyatakan bahwa pengalaman adalah asal dari segala pengetahuan.[21] Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia, dan sama sekali tidak tergantung pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme).[22] Dengan menyatakan yang benar hanyalah yang inderawi, Hobbes mendapatkan jaminan atas kebenaran.[23]
            Tokoh aliran Empirisme yang lain misalnya John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704.Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin),yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores olehlingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam,dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakanlingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, sertawatak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan[24].


[1] Mustaien, Kuliah Filsafat Ilmu, (GURU SMP NEGERI 31 SURABAYA), Maret 2014)
[4] Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: CAPS, 2012), 1.
[5] Id.wikipedia.org/arti/cinta (22-03-2014)
[6] Kuliah-apsiblogspot.com/2008/08 (22-03-2014)
[8] Id.answers.yahoo.com>awal>awal>semuakategori (22-03-2014)
[13] Endraswara, Filsafat Ilmu,  5.
[14] Ibid,.2
[16] Endraswara, Filsafat Ilmu,.96
[17] Ibid,.118
[19] http://www.academia.edu/4132542/Rasionalisme26-03-2014

[20] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 197
[21] Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2005), 105-110.
[22] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2,  (Yogyakarta: Kanisius, 1983), 32-35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar