Bab I
Pendahuluan[1]
A.
Latar
Belakanng
Ilmu merupakan sesuatu
yang penting bagi kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan
kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara
lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan
tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.
Menuntut ilmu adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan
perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Perintah menuntut ilmu tidak di
bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari
menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih
baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.[2]
Untuk itu penting ditelah tentang Gnotisisme, Okultisme dan Makrifat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas maka penting untuk ditelaah beberapa rumusan masalah :
1.
Apakah Gnostisisme itu ?
2.
Apakah Okultisme itu ?
3.
Apakah Makrifat itu ?
C.
Tujuan Makalah
Bab II
Pembahasan
A.
Gnostisisme
Gnostisisme berasal dari bahasa
Yunani yaitu gignoskein yang berarti ’’tahu’’. Gnostisisme, seperti yang
tersirat dari namanya, bukanlah suatu gerakan yang berusaha menambah
pengetahuan murni. Sebaliknya gnostisisme merupakan gerakan filososiko-religius
yang di kaitkan dengan agama-agama misteri dan tertuju pada keselamatan
pribadi. Gnostisisme sama seperti agama-agama misteri berbicara kebijaksanaan
esoterik. Ritus-ritus mistik dan kata-kata magis di gunakan untuk melindungi
diri dari setan.
Kajian
penting dalam pembahasan gnostisisme yaitu :
- Realitas membentangkan dualisme tajam antara baik dan jahat, terang dan kegelapan, dunia matererial dan dunia spiritual. Dualisme ini dapat di atasi dengan kejatuhan sang Illahi, atau sistem emanasi yang merentang dari yang spritual ke material.
- Tujuh daya pencipta dunia yang seakan akan jahat dan bermusuhan atau malaikat-malaikat yang merupakan emanasi terahir dari Allah. Dan dari mereka muncul kuasa kekegelapan .
- Sang Ibu Agung, Dewi langit, yang sering disebut sebagai shopia.
- Sang manusia pertama, yang hidup dalam dunia ini, manusia pertama ini muncul ke dunia untuk melancarkan perang terhadap kegelapan, dan dengan kemunculanya mulailah drama kehidupan ini. Ia sebagian di taklukkan oleh kegelapan tetapi kemudian di bebaskan,atau membebaskan dirinya.
- Sang penyelamat atau soter, soter ini sering disebut manusia pertama yang pembebasanya bukan untuk dirinya sendiri akan tetapi bagi anggota aru penganut gnostisisme .Iabertugas untuk menyelamatkan sang shopia.
- Melalui gnosis (usaha memastikan pengetahuan tentang apa yang terjadi ), serta melalui pemisahan secara asketis dari dunia yang lebih rendah menuju dunia paling atas. [3]
B.
Okultime
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “okultisme” berarti kepercayaan kepada
kekuatan gaib yang dapat dikuasai manusia. Okultis adalah ahli ilmu gaib yang
tidak dimiliki oleh manusia biasa. Dalam bahasa Inggris, okultisme berasal dari
kata “occult” yang berarti secret (rahasia),
tersembunyi dari pandangan manusia biasa atau bersifat misteri.
Sedangkan isme berarti ajaran, atau paham atau juga doktrin. Sehingga okultisme
dapat diartikan menjadi ajaran atau paham/doktrin tentang hal-hal yang
gelap, rahasia, dan tersembunyi, khususnya menyangkut kuasa kegelapan.
Dalam
prakteknya, okultisme yaitu praktek-praktek yang dilakukan dengan “rahasia”
dan latar belakang di luar logika manusia dengan peristiwa yang gaib dan aneh.
Pelaku okultisme mengarah kepada sebuah hasrat untuk memiliki atau menguasai
atau menginginkan sesuatu. Atau juga merupakan praktek akibat takut terhadap
sesuatu kutukan sehingga melakukan tindakan okultisme.[4]
C.
Makrifat
Ma’rifat
berasal dari kata ‘arafa, yu’rifu, ‘irfan, ma’rifah, artinya adalah
pengetahuan, pengalaman, atau pengetahuan Ilahi. Ma’rifat secara etimologis
berarti ilmu yang tidak menerima keraguan. Ma’rifat dapat pula berarti
pengetahuan rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu
yang didapat oleh orang-orang pada umumnya.
Pengetahuan
dalam pengertian yang umum, khususnya pada penggunaan bahasa Arab zaman modern,
namun dalam litetarur keagamaan ia secara khusus berarti gnosis, yakni
pengetahuan esoteris atau pengetahuan mistis dari dan terhadap Tuhan. Ia
sebanding dengan istilah jinana dalam bahasa sansakerta.
Menurut
sufisme, ma’rifat merupakan bagian dari tritunggal bersama dengan makhafah
(cemas terhadap Tuhan) dan mahabbah (cinta). Ketiganya merupakan sikap
seseorang perambah jalan spiritual (thariqat). Ma’rifat dalam pengertian
tasawuf berarti pengetahuan yang sangat jelas dan pasti tentang tuhan yang
diperoleh melalui sanubari. Menurut Abu Zakaria al-Anshari bahwa ma’rifat
menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang sampai ke tingkat keyakinan yang
mutlak.
Secara
terminologis, ma’rifat adalah ilmu yang didahului ketidaktahuan. Didalam
istilah sufi, ma’rifat berarti ilmu yang tidak menerima keraguan apabila
objeknya adalah zat dan sifat-sifat Allah SWT. Dalam istilah sufi juga
dikatakakan bahwa ma’rifat dapat diartikan cahaya yang disorot pada hati siapa
saja yang dikehendakinya. Inilah pengetahuan hakiki yang datang melalui kasyf
(penyingkapan), musyahadah (penyaksian), dan dzauq (cita rasa). Pengetahuan ini
berasal dari Allah, akan tetapi pengetahuan ini bukanlah Allah sendiri karena
dia tidak bisa diketahui dalam esensinya. Dalam tasawuf, istilah ma’rifat
diartikan sebagai pengetahuan yang yang tidak mengenal keragu-raguan, sebab
obyeknya adalah Tuhan dan sifat-sifatnya atau ma’rifat berarti juga pengetahuan
yang sangat jelas dan pasti tentang Tuhan yang diperoleh melalui sanubari.
Karena jelas dan pastinya pengetahuan itu, menyebabkan seseorang merasa tahu
dengan yang diketahuinya itu. Selanjutnya
menurut Harun Nasution ma’rifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga
hati sanubari dapat melihat Tuhan. Menurut sebagian ulama, ma’rifat adalah
sifat orang-orang yang mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
kemudian ia membenarkan Allah dengan melaksanakan ajarqnnya dalam segala
perbuatan. Ia membersihkan dirinya dari akhlak yang rendak dan dosa-dosa,
kemudian berdiri mengetuk pintu Allah. Dengan hati yang konsisten dan
istiqomah, dia beri’tikaf untuk menjauhi dosa-dosa, sehingga ia memperoleh
sambutan Allah yang indah, Allah membimbing dalam semua keadaannya, maka
terputuslah gelora napsu dari dirinya dan hatinya dan tidak pernah terdorong
lagi untuk melakukan selain ini.
Ia menjadi orang asing ditengah manusia, bebas dari dosa-dosa, bersih dari urusan dunia, terus menrus bermujat dihadapan Allah dengan cara sirri (rahasia dan tersembunyi). Semua ucapannya adalah benar, dia berkata engan bimbingan Allah. Diberitahukan kepadanya rahasia-rahasia Allah tentang kekuasaannya yang berlaku. Itulah yang disebut arif dan keadaannya ddisebut ma’rifat. Pendek kata dengan keasingan dirinya itu, ma’rifatnya akan mendapatkan Tuhannya Yang. Maha Agung dan Maha Mulia.[5]
D. Kesimpulan
Ia menjadi orang asing ditengah manusia, bebas dari dosa-dosa, bersih dari urusan dunia, terus menrus bermujat dihadapan Allah dengan cara sirri (rahasia dan tersembunyi). Semua ucapannya adalah benar, dia berkata engan bimbingan Allah. Diberitahukan kepadanya rahasia-rahasia Allah tentang kekuasaannya yang berlaku. Itulah yang disebut arif dan keadaannya ddisebut ma’rifat. Pendek kata dengan keasingan dirinya itu, ma’rifatnya akan mendapatkan Tuhannya Yang. Maha Agung dan Maha Mulia.[5]
D. Kesimpulan
1.
Gnostisisme merupakan gerakan filososiko-religius yang
di kaitkan dengan agama-agama misteri dan tertuju pada keselamatan pribadi.
2.
Okultisme dapat diartikan menjadi ajaran atau
paham/doktrin tentang hal-hal yang gelap, rahasia, dan tersembunyi, khususnya
menyangkut kuasa kegelapan.
3.
Seseorang belum bisa disebut sebagai ahli ma’rifat
sebelum dirinya mempunyai sifat-sifat :
a.
Mengenal Allah secara mendalam, hingga seakan-akan
dapat berhubungan secara langsung dengan-Nya.
b.
Dalam beramal selalu berpedoman kepada
petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW.
c.
Berserah diri kepada Allah dalm hal mengendalikan hawa
nafsu.
[1]
Mustaien, Gnostisisme, Okutisme dan
Makrifat, SurabayaGuru Smp N 31 Surabaya
[3] http://mesw.wordpress.com/category/tasawuf/
(23-03-2014)
[5] http://mesw.wordpress.com/category/tasawuf/../2014/04/11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar